Berikut adalah karya para juara dalam lomba esai.
Juara 1: Retno Ayu Wulandari
“MYLEA” Mycellium Leather (dalam Subtitusi Kulit Binatang sebagai Bahan Baku Produk Industri)
Sudah sejak ribuan tahun lalu manusia telah mengenal istilah berburu. Bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan pangan namun, juga dimanfaatkan sebagai kebutuhan sandang khususnya untuk kulit binatang. Sejarah mencatat bahwa penggunaan kulit binatang (animal leather) sudah ada sejak zaman paleolitikum. Mereka menguliti binatang buruan dan menggunakan kulitnya sebagai pakaian, alas kaki, bahkan tenda. Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan pada awal abad ke-20 kulit binatang tidak lagi digunakan untuk kebutuhan sandang mengingat telah ditemukannya serat sintesis serta demi menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan.
Menurut Agit Punto Yuwono (2011), saat ini permintaan pasar akan bahan kulit semakin meningkat, namun minimnya ketersediaan bakan baku serta diperlukan kesiapan yang relatif memerlukan waktu panjang pembuatan animal leather ini. Maka diperlukan adanya solusi dalam pengembangan bahan baku produk industri dewasa ini, salah satunya adalah dengan menggunakan MYLEA (mycellium leather). Mycellium merupakan bagian vegetatif dari jamur atau koloni bakteri jamur yang terdiri dari hifa berserabut bercabang, kemudian akan membentuk jamur. Kulit jamur tumbuh dari sel miselium, yang ditanam melalui kondisi pertumbuhan optimal untuk menghasilkan bahan yang lentur dan berkelanjutan yang dapat menggantikan kulit binatang. Sehingga MYLEA dapat dijadikan inovasi baru sebagai bahan baku pembuatan produk industri (Madonia, 2019).
Jika dibandingkan dengan bahan yang dibuat dari bahan kulit binatang ternak seperti sapi, kambing, atau domba mycellium leather ini jauh lebih ramah lingkungan karena termasuk bahan sustainable product yang berarti proses produksinya 100% tidak merusak lingkungan. Untuk menumbuhkan benang jamur hanya membutuhkan waktu sekitar 5 hari sedangkan kulit binatang ternak yang siap dijadikan bahan baku harus sekurang kurangnya berusia 1 tahun untuk kambing atau domba dan 2 tahun untuk sapi. Selain itu jamur hanya menghasikan 0,7 kg CO2 bandingkan dengan binatang ternak yang bisa menghasikan 300.000-355.500 kg CO2. Selain itu penggunaan Mycellium Leather jamur juga berperan dalam upaya penghematan air karena hanya membutuhkan 45 liter air berbeda dengan binatang ternak yang dapat menghabiskan hingga 80.000 liter air.
Hal ini jelas akan memainkan peran besar bagi dunia perindustrian, dengan menggunakan MYLEA dapat memangkas waktu produksi dan mempercepat proses pendistribusian produk ke konsumen. Di samping itu, penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan juga menjadi poin penting dalam upaya penyelamatan bumi. Sejalan dengan hal tersebut penggunaan MYLEA sebagai subtitusi kulit binatang berperan dalam memperkecil angka kepunahan.
Juara 2: Nurul Izazah
EPICTION (Environment Programs and Action): Pengoptimalisasian Peran PentaHelix dalam Mencegah Pademi COVID-19 Guna Mewujudkan Green Lifestyle And Sustainable Living
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), penyakit infeksius menyerang sistem pernapasan yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory SyndromeCoronavirus-2) dan kasus ini menjadi tantangan utamanya di bidang kesehatan bagi masyarakat seluruh dunia (Decaro, 2020; Baloch, 2020). Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu negara yang terdampak besar dari kehadiran COVID-19 ini. Case Fatality Rate (CFR) Indonesia telah mencapai angka 8,9% pada Maret 2020(Setiati, 2020). COVID19 merupakan penyakit zoonosis yang terjadi akibat adanya transmisi penyakit berupa virus atau parasite yang menyebar dikarenakan adanya kontak secara langsung dari hewan ke manusia. Deforestasi, climate change, emisi karbon, dan juga gaya hidup masyarakat akan turut meningkatkan kasus zoonosis dan penyakit-penyakit lain di masyarakat. Sehingga penulis akan lebih memfokuskan untuk menyelesaikan masalah pademi melalui pendekatan penyelesaian masalah climate change guna mencegah terjadinya pademi lainnya dikemudian hari. Penulis mengagaskan peran Pentahelix yaitu kolaborasi lima jenis pemangku kepentingan yakni akademisi, bisnis (entrepreneur), komunitas, media, dan pemerintah. Yang dinamai EPICTION (Environment Programs and Actionn).
EPICTION merupakan suatu inisiasi dengan pendekatan One Health, suatu pendekatan kesehatan yang terdiri dari kolaborasi kesehatan manusia, hewan dan lingkungan.Epiction memiliki 4 langkah strategis, yaitu: Pertama, pengembangan sistem surveilans dalam biodiversitas hal ini dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat guna menghadapi lalu lintas hewan ilegal sebagai early warning system hal ini diprakasai oleh pelaku pemerintah dalam hal penegasan peratutan perundang-undangan. Kedua, Perubahan pola hidup masyarakat sehat dan berkelanjutan Green Lifestyle and Sustainable Living. Program ini diprakasai oleh pelaku akademisi baik mahasiswa dan peneliti dalam penciptaan inovasi riset terkait energi baru terbarukan (EBT) seperti penelitian terkait microalgae fuel dan wood pallet sebagai sumber energi dalam hal mengurangi climate change program ini akan diprakasi oleh pelaku bisnis dalam hal produksi produk secara masif dan akan bekerjasama dengan media serta komunitas dalam hal pemasaran dan pengenalan produk di tiap daerah dengan bantuan diseminasi acara melalui media dengan strategi content marketing dan influencer marketing. Ketiga, Penguatan regulasi pemerintah dalam mewujudkan pembangunan Carbon Pricing, Fair Wood Pricing, Penciptaan model komunikasi konvergensi antara pemerintah dan masyarakat dan optimalisasi Komuniasi Informasi Edukasi (KIE). Keempat Pendukungan Industri berbasis Lingkungan. Hal ini diimplementasikan Membentuk suatu balai masyarakat yang bersifat di luar subjek politik dengan tujuan kolabarasi multisektoral dan membentuk aliansi media NGO bersifat strategis. Dalam pelaksanaannya, terdapat empat tahap yang terdiri dari Observasi dan Sosialisasi, Menyusun Pembentukan Aliansi Media dan Balai Masyarakat Lingkungan, Mengimplementasikan Green Living dan Sustainable Living, dan melaksanakan Evaluasi.
Diharapkan gerakan EPICTION mampu mewadahi kolaborasi Penta-Helix dalam berperan membangun lingkungan yang berkelanjutan dan mampu mencegah terjadinya Pademi lainnya di kemudian hari.
Juara 3: Nur Anisa
PERBASAP (PERAHU BANK SAMPAH PLASTIK) BANGUN KESADARAN DIRI, LINDUNGI PERAIRAN DARI SAMPAH PLASTIK
Beberapa waktu lalu, pada Juni-Agustus saya melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa dengan akses transportasi berupa perahu-perahu, jaringan internet, listrik dan air bersih yang masih terbatas, Desa Pulau Cawan, Mandah, Indragiri Hilir. Keasrian tempat ini masih terjaga, rumah-rumah panggung berjejer dikelilingi hutan mangrove di tepi pantai. Namun, ada satu budaya dalam masyarakat yang sangat saya sayangkan. Masyarakat di desa ini terbiasa membuang sampah langsung ke perairan. Mereka berpikir bahwa laut adalah muara pembuangan akhir. Mereka bahkan tidak membutuhkan tong sampah untuk mengumpulkan sampah, jika pun ada tong sampah, mereka akan tetap membuang tumpukan sampah tersebut ke perairan. Termasuk sampah plastik, sampah yang paling banyak di hasilkan dan paling susah didegredasi sehingga menjadi salah satu bencana lingkungan terbesar di zaman kita.
Gagasan pendirian PERBASAP (Perahu Bank Sampah Plastik) menjadi salah satu upaya awal untuk menguragi pencemaran sampah plastik di perairan. Gagasaan ini mendukung aksi pilah sampah dari rumah serta bahan edukasi masyarakat untuk lebih sadar menyelamatkan perairan. Sampah plastik atau anorganik yang dipilah dari rumah dibedakan menjadi beberapa jenis seperti kertas, botol plastik, bungkus kemasan, kaleng, dan lainnya.
Setiap minggunya PERBASAP akan singgah ke Desa Pulau Cawan untuk menerima pengumpulan sampah. Masyarakat yang berlaku sebagai nasabah akan mengumpulkan sampahsampah ini ke perahu bank sampah untuk selanjutnya sampah dari bank ini dikirim dan diolah ketempat pengepul yang ada di kota. Setiap jenis sampah yang dikumpulkan ke PERBASAP akan dihargai Rp500-Rp2.000 /kg. Saya yakin pemberian reward dari usaha pengumpulan sampah ini lebih efektif untuk menumbuhkan kebiasaan baru, kesadaran diri dan menghilangkan budaya buang sampah plastik langsung di perairan.
Terlepas dari PERBASAP, hal paling mendasar untuk menanggulangi pencemaran sampah plastik di perairan adalah kesadaran diri, yang penting untuk ditumbuhakan sejak dini. Setiap orang, setiap anak muda memiliki cukup potensi untuk membuat perbedaan dan berkontribusi dalam solusi pencemaran perairan yang lebih besar. Ketika saya kecil, saya tidak begitu paham arti penting tidak membuang sampah sembarangan. Namun, ketika muncul berita tragis tentang paus sperma, penyu, anjing laut dan hewan laut malang lainnya yang mati akibat sampah plastik serta bahaya mikro plastik yang mungkin tertelan oleh manusia, Si Pencemar, saya memilih untuk tidak menerima segala sesuatunya sebagaimana adanya dan sekarang saya berkontribusi untuk menyelesaikan masalah setidaknya sebagian, sebanyak yang saya bisa. Melalui gagasan-gagasan sederhana namun bermanfaat.
Banyak orang ingin mengubah dunia-tetapi kita sering lupa untuk mengubah diri kita sendiri. Saya percaya mengubah dunia dimulai dari mengubah perilaku seseorang. Sebagai, warga bumi, seorang saintis muda, pembawa perubahan, peran saya adalah mengubah diri saya terlebih dahulu, kemudian membantu orang lain untuk melakukannya. Jika setiap orang mengubah dirinya sendiri, dunia akan berubah. Mulailah dengan satu, mulailah dengan diri sendiri.